Chun Love, fight and care


Banyak hal yang perlu kita pelajari di pulau ini. Banyak tema. Banyak cerita. Banyak ide. Salah satunya lingkunganku yang berada di Kota Jakarta. Dari infrastruktur sangat keren dan canggih seperti menyeluruh tapi tidak. Aku anak pinggiran kota, namaku Samara Chun. Anak tunggal dari rantau keluarga sederhana. Keturunan cina dengan suku sunda.
“ chun, apa kau punya ide ? “,
“ Bagaimana kalau kita rombak lagi, Ayah ? “
“ itu bukan ide tapi sebuah tindakan yang selalu diperbuat “, sambil mengutak-atik radio.
 Sepeninggalan Ibu empat tahun yang lalu , Ayah tidak ingin banyak tingkah di lingkungan. Orang-orang di luar sudah tidak ingin mendengar apa kata-katanya. Apa karena tidak punya Istri ? Ibu, aku rindu. Terbayang cita-cita masa kecilku.
“ Ibu, Aku ingin menjadi Menteri. Menteri Lingkungan ada kah ? “
“ tak usah lah kau masuk. Setiap orang di dunia ini adalah seorang pemimpin. Pemimpin itu berhak melakukan perubahan. “
“ apa aku bisa?”
“ tentu saja. Kau anak Ibu yang cerdas! Wujudkanlah Ibu mendukungmu. Jadilah lelaki sejati sesungguhnya “ kata Ibu sambil mengelus rambut ku yang tidak beraturan dengan penuh kasih sayang sambil tidur di pahanya.
Aku tidak menyangka bahwa itu menjadi akhir pertemuan dan perjanjian. Ibu sudah tiada namun Aku janji sebagai lelaki sejati akan kutepati.
***
“ tolong.... tolong... bantu aku ....”
“ ada apa Yuki , aku akan melakukan sesuatu... “
“ disini bau sekali, banyak sampah dan ini apa? Waaaaaaaaaaah, menjijikan ..”
“ ambil lah .. “
“ tidak mau..”
“ kau ini ... kita sudah terlambat penyelamatan.. harusnya kita kembali masa lalu dan tidak membuangnya sembarangan. “
“ maaf, iya aku salah dan kau selalu benar..”
“ maksudku bukan begitu, bagaimana kalau kita menepi...”kataku sambil membenarkan masker dan tangan yuki sudah kotor dan menganggukkan kepala sambil membawa air botol bening tapi airnya menguning.
“ Yuki...”
“ hmm..”
“ kau marah padaku ?”
“ tidak. Ayo ceritakan apa rencanamu ?..” kata Yuki bersemangat.
Yuki itu adalah satu satunya teman kecil yang masih bertahan bersamaku. Walau dia perempuan, sebenarnya dia itu manis dan berkarakter. Alis matanya tebal hampir menyatu dan bulu matanya lentik membuat dia cantik dan pria terpesona olehnya. Dia keturunan dari arab dan sunda.
“ rencanaku sangat mudah. Kita ambil sampah dan kita buatkan sebuah kebaikan. Bagaimana?”
“ kebaikan ? maksudmu ..”
“ yang kita lakukan sekarang untuk masa depan ,kita akan tuai. Kau siap jadi pendampingku?”
“ wah, modus kau ini.. “ katanya sambil pergi dan aku yang masih terbayang mimpi jadi seorang pemimpin baru tersadar dan ikuti jejak lalu mengejarnya.
***
“ duar... duar... “
Tembakan terus terdengar. Seperti empat tahun yang lalu, kita berfikir kita akan diperangi oleh fisik. Dan tahun ini , tahun 2020 perang itu terjadi. Aku dan Yuki menghamburkan diri menyelamatkan orang lain. Abu, asap , dan udara menyatu pada masker kami. Yuki hampir tidak bisa bernafas.
“ yuki, awas...”
“ aaaaaaaaaaaaaaaaa, “
Dia memeluk seorang anak kecil. Hampir saja peluru itu mengenai kepalanya namun melesat. Yuki tertunduk dan mengganti masker baru. Sebelum mengganti , yuki menatapku dan tersenyum. Yah, dia ini membuatku jatuh cinta dan harus kuakui , yuki adalah seorang wanita pemberani dan tangguh. Aku pun menatapnya lalu pergi seakan tidak mempedulikannya. Sebenarnya aku peduli, hatiku ingin lebih peduli pada lingkungan.
Masyarakat yang lain , ada yang menggendong anaknya, ada yang meringis dan ada pula peluru tertusuk di dalamnya. Semuanya berantakan. Pohon bertumbangan dan mengenai kepalaku. Aku melihat yuki berlari padaku.
***
“ yuki...”
“ kau sudah siuman, chun...”
“ bagaimana rencanaku ? kau masih melakukannya... “
Yuki mengangguk.
“ syukurlah kau tahu caranya? “
“ sampah yang kita kumpulkan sudah menumpuk. Aku suka anak kecil dan kubuatkan sesuatu yang bermanfaat. Saat kau disini, aku berjuang tidak sendiri. Kau masih ingat, anak kecil yang hampir saja peluru mengenai kepalaku..”
“ oh, kenapa kenapa...? “
“ dia sangat tertolong olehku dan dia merasa beban hutang akan nyawanya.”
“ lalu..? “
“ dia pun memohon untuk membantu kita dalam rangka peduli lingkungan. “
“ wah , itu berita yang menganggumkan. “ kataku sambil duduk secepat kilat karena bahagia. Bahagia karena ada seorang generasi yang mau berjuang bersamaku.
“ dia ada di luar... tunggu sebentar...”
Yuki pun berjalan dan menarik tangan seorang anak kecil, Kohan. Kohan matanya sipit dan rambutnya ikal serta perawakan dia kurus.
“ hai, kohan ..aku sangat bersyukur ... kau bergabung ..”
“ siap kak .. aku banyak ide ... untuk selamatkan kota ini..”
“ apa itu ??? “ , aku dan Yuki kompak menjawab.
Akhirnya anak kecil itu pun bersuara panjang lebar seperti mimpinya sudah di depan mata. Yuki pun menganggukkan kepala saat Kohan berkata benar kan ? benar tidak ? dan aku sesekali melihatnya dan tersenyum lalu melihat ke jendela. Kemana kah cinta ? dimanakah perjuangan ? mengapa aku harus peduli ? aku pun kehausan dan meminum sedikit air karena begitu mahal harganya. Aku pun menghela nafas dan yuki terus mencatat keinginan Kohan.
***
” hei kau, saat kau mendapatkan seorang yang membutuhkan , kau harus katakan kepada tiga orang lagi untuk selalu berbuat baik kau ingat ? “
“ ya , aku ingat ...”
“ jangan lupa selamatkan lingkungan ..kalau kau masih ingin melihatku hidup” kataku sambil menjabat tangan Kohan. Ini seperti sebuah perjanjian. Jabatanku sebagai menteri lingkungan dan istriku Yuki sudah sangat bersyukur mendapatkan segalanya. Terlebih perjalanan yang kita lalui. Kita tak butuh masker, kita tak harus bayar mahal air dan tidak ada suara tembakan lagi. Semua bersih dan asri. Aku Chun sudah menjadi lelaki sejati sama seperti yang Ibu katakan.
“ semuanya hanya kekhawatiranmu saja, sayang ... ayo minum...”
“ gleeeekkk.. “ rasa segar nya pun hadirkan sensansi bahwa dalam segala hal kita harus punya cinta, sama berjuang dan pedulikan hati pada sesama. Lingkungan, ya itu pengaruh hidupku.
Ayahku, dia tiada tertembak peluru saat aku koma di rumah sakit. Hari ini aku baru pulang dari pemakamannya. Berita terkejut itu baru Yuki katakan saat perjalanan berantakan kulalui. Kini, Chun tidak punya siapa-siapa. Dia hanya punya Yuki. Aku pun memeluknya dengan rasa terima kasih.

Biodata :

Azzah Qurani adalah nama pena dari Ahda Jaudah. Anak bungsu dan Mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2014 di UIN Bandung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku : Mereka Besar Karena Membaca

review buku : Khadijah, Perempuan Teladan Sepanjang Masa

Senja Yang Hilang