6 Cara Mendidik Anak dalam Era Digital | AppleTreeBsd




Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dan paradigma digital masyarakat yang belum terbangun optimal. Menjadikan masalah pendidikan di Indonesia perlu digalakkan kembali terutama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di era digital ini. Secara lembaga, pendidikan anak usia dini sudah dikemas dalam bentuk Taman Kanak-kanak dan kelompok bermain serta bisa pula dilakukan orang tua secara mandiri di rumah. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang menitikberatkan perkembangan kognitif dan sosial disuguhkan kepada anak berusia dibawah 6 tahun melalui berbagai metode dan media. Mendidik anak di era digital ini dikatakan susah-susah gampang dan sangat membutuhkan usaha yang lebih keras jika dibandingkan model pendidikan puluhan tahun yang lalu. Berkembangnya dunia digital, menimbulkan revolusi mental dan masyarakat baru yang membuat hubungan orang tua dan anak kurang dekat. Seringkali anak mudah bermasalah dengan orangtua. Untuk itu, bagi kamu yang akan berkeluarga atau sudah berkeluarga ada baiknya mengetahui dan menerapkan cara mendidik anak dalam era digital sebagai berikut :



Saat Bersama Anak, Jangan Menggunakan Gawai

Anak selalu menjadikan orang yang lebih tuanya sebagai bahan tiruan atau contoh teladan terutama orang tua. Keluarga sebagai pondasi awal pendidikan anak usia dini harusnya mulai menyadarkan dirinya sendiri. Kita mungkin saja melarang anak untuk bermain gawai sedangkan kita sendiri memakainya. Akan ada anggapan negative yang terbentuk dalam pemikiran anak. “ Mengapa, saya tidak boleh? Ibu sendiri pakai.”. Kalau sudah seperti ini, anak akan terlalu penasaran dengan gawai. “sepertinya asyik kalau main soalnya aku lihat ayah ibu tertawa bahagia melihat hadphone”. Sudah sepatutnya kita sebagai orang tua, kakak dan adik menyadari waktu terbaik anak adalah bermain. Jadikan lingkungan keluarga yang asyik membaca buku atau sekedar mengobrol dan bermain dengan anak, misalnya.

Mengajarkan Tentang Resiko Penggunaan Internet

Media internet bisa menjadi dampak positif dan negatif pada anak namun lebih banyak bahayanya. Mendapatkan berita anak yang mendapatkan pelecehan seksual dan maraknya pernikahan dini. Membuat miris hati siapapun. Berikan gawai pada anak untuk hal-hal positif saja. Misalnya, untuk melihat video pendidikan dan lagu anak-anak yang mengasyikan. Sambil bermain, ajarkan juga bahwa memakai gawai terlalu lama membuat mata tidak sehat , otak juga tidak mudah mecerna pengetahuan yang anak sukai. Arahkan saja kepada apa yang dia sukai misalnya membaca, menggambar dan mewarnai.

Mengawasi Anak MenontonTelevisi dan Menggunakan Gawai serta Internet

Pengawasan dan bimbingan orang tua saat anak menonton televisi dan menggunakan gawai serta Internet sangat penting. Sebab tiada privasi dan perlindungan narasi kata-kata yang diungkapkan dalam media tersebut. Kita sebagai orangtua harus mengerti pula cara menggunakan gadget dan internet. Yang sering terlupa oleh orang tua adalah membiarkan anak begitu saja menonton televise kartun. Padahal kartun juga ada kontren-konten yang seharusnya tidak dipertontonkan oleh anak. Komisi Penyiaran Indonesia sudah memberikan tanda BO (Bimbingan Orang Tua) di sudut gambar televisi tetapi banyak acuh tak acuh orangtua melihatnya. Padahal anak usia dini mudah menerima ilmu pengetahuan apapun yang sedang ingin diketahuinya.

Menerapkan Aturan Penggunaan Internet

Banyaknya anak berusia dibawah 10 tahun dengan bebas mengakses internet. Kita wajib menerapkan aturan kepada anakj. Hal ini untuk memberikan ketegasan dan menjaga anak aman dengan bermain di dunia nyata. Caranya batasi durasi dan melakukan perjanjian serta berikan hukuman bijak. Katakan, “Nak, iya boleh pakai handphone bunda tapi sampai jam 8 ya.” Biasanya anak akan menurutinya. Jika tidak, berikan hukuman kecil yang seru dan jangan mengancam.

Ajarkan Agama

Nilai-nilai keagaman memang wajib diajarkan orangtua kepada anak. Tidak harus mempelajari kitab agama, tetapi juga perilaku dan sikap yang sesuai tuntunan agama. Hal ini akan membuat anak melakukan perbuatan sesuai ajaran agamanya. Biarkan emosi positifnya berkembang dengan berbagai cerita yang kita berikan hingga akhirnya anak menyukainya.

Berikan Edukasi Pubertas dan Seks

Seks memang masih dianggap hal tabu. Namun, kalau dilihat pada era ini. Anak-anak usia dini perlu diberikan edukasi pubertas dan seks. Misalnya, bagian-bagian tubuh mana saja yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh serta siapa saja yang boleh menyentuhnya. Agar mereka mengerti, tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti anak. Sehingga saat nantinya mereka tumbuh dewasa. Mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk terutama menghindari seks bebas dan pelecehan seksual.

Bagaimana? Caranya cukup mudah dan sulit ya. Karena anak-anak sudah mulai kecanduan dengan gawai dan internet. Semoga tulisan ini sangat bermanfaat. Untuk referensi Pendidikan Anak Usia Dini silakan ke website https://www.appletreebsd.com/. Mau sekolah ya ke Apple Tree Pre-School BSD. Jamin deh bikin happy anak-anaknya.

#appletreebsd

Ahda Jaudah, penulis adalah seorang penggiat literasi dan Alumnus UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2014
Instagram : @ahdajaudah







Komentar

  1. Assalamualaikum kak Ahdah. Terimakasih atas pencerahannya....yang mau saya tanyakan,gmn kalau misalnya Si Anak suka meniru perkataan atau perbuatan teman2 bermainnya yg "kurang bener" ? Terimakasih atas perhatian dan jawabannya.....Wassalam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam.. nah itu kak. Lingkungan sangat berpengaruh banget. Berikan saja pengertian bahwa perkataan itu tidak baik. Misalkan maaf berkata kasar. "Anjing" itu tuh hewan,nak. Tidak baik dikatakan kepada manusia. Kamu mau ga kalau dikatakan begitu. Biasanya kalau pengaruhnya sangat besar, kak. Jauhkan dulu anak dari lingkungan buruknya. Memang berat sih, anak pasti merengek. Bermain dengan kakak atau orangtuanya lebih baik. SekianπŸ™

      Hapus
  2. Masyallah teh ahdah rajin terus yaa buat tulisan tentang tema ini Karena kini penting bagi para orangtua khusus nya perempuan yang tidak pernah didik untuk menjadi seorang ibu namun fittahnya harus menjadi ibu. Bahkan tidak ad sekolahnya, maka Mari tularkan keilmuan seperti ini agar yang masih single memiliki bekal ilmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih alhamdulillah kak. Enggak tahu kenapa merasa terketuk masalah ini. Btw, Ahda juga belum berkeluarga. Namun sering lihat kakak kakak ahda mendidik anak-anaknya. Terima kasih !

      Hapus
  3. Assalamualaikum de Ahda.
    Terimakasih artikel cara mendidik anak diera digital bermanfaat bagi emak2 zaman now. Didiklah anak sesuai jamanya.
    Mendidik generasi di era industri 4.0 banyak tantanganya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam bu Salmi. Sama-sama bu. InsyaAllah bu. Ahda harus belajar banyak nih dari Ibu guru Salmi ini. Iya benar bu, banyak tantangannya. :(

      Hapus
  4. wah rekomendasi banger untuk menjadi bahan bacaan bagi para orΓ ng tua nih,, karna tidak bisa di pungkiri perkembangan di era serba digital ini akan banyak informasi dan masukan dari berbagai sektor entah itu yang bernilai positif mau negatif sehingga perlu pengawasan dan pembatasan khususnya untuk pengguna di usia dini ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya boleh kak share kembali postingan ini. Terima kasih ya πŸ˜ŠπŸ™

      percepatan tumbuhnya teknologi akan semakin cepat kak. Kalau kita enggak terus baca dan memahaminya. Kita akan ketinggalan zaman.

      Hapus
  5. masya Allah keren teh. ini sebenarnya yang dibutuhkan oleh orangtua. dan ilmu ini sangat mudah diaplikasikan bagi orangtua. ganbate..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Kalau bermanfaat. Share kembali aja ya. Semoga menjadi ladang kebaikan. 😊

      Hapus
  6. Terimakasih kak, artikel nya sangat bermanfaat khususnya di jaman serba digital ini banyak orangtua yang masih memberikan dan membiasakan sejak dini gawai kepada anaknya sepenuhnya tanpa memikirkan resiko kedepannya yang akan menyebabkan kecanduan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah benar, memberikan sepenuhnnya pada anak tanpa enggak tahu bahayanya seperti apa. Makasih helwa ku. Salam genreπŸ˜€πŸ™

      Hapus
  7. MasyaaAllah, tabarakallah neng Ahda.. Baru baca detail dr atas sampe kebawah.. Isi nya ngena banget yaa.. Aku lg mengalami ini banget nih sbagai orangtua yg punya anak usia menuju ABG, kadang serbasalah juga, disaat aku ngelarang anak utk ga mengakses smartphone tp disatu sisi aku juga harus pegang HP krn jualan juga, klo Slowrespon nanti pelanggan ku kabur πŸ˜„πŸ˜„ anak2 skrg semua gampang mengkritisi orangtua, klo dilarang trus melihat ortunya sendiri melakukan, pasti mreka langsung ngomong "itu bunda juga... Blablabla" misalnya bgitu.. Intinya sih sebagai ortu juga tetap belajar Jangan pernah bosan, terus upgrade Ilmu parenting, yg paling penting "SABAR".. Anak kita, investasi kita, dunia dan akhirat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah teh Delia ini. Mompreuneur banget. Semangaaat terus teh✊πŸ˜‹

      ABG mah emang suka penasaran,bunda. Sekali-kali me time sama anaknya tanpa hp. Sepertinya seru juga nih bunda. Anak pasti merasakan kenyamanan lebih tinggi. Jadi tidak merasa iri pada hp tteh tersebut hhi

      Semoga bermanfaat yaπŸ™

      Hapus
  8. Waahh,bagus nih menginspirasi banget, makasih kak..
    Suksess selalu...Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kak, jgn lupa share kembali bila bermanfaat heheπŸ™πŸ˜†

      Hapus
  9. Subhanallah.. bagus sekali artikelnya mudah2an orang tua masa kini bisa memahami artikel ini khususnya orang tua yg masih muda belia yg segala sesuatunya dg instant.. mereka pikir mendidik anak itu cukup dengan menitipkan anaknya pada seorang guru.. sementara guru sendiri murdnya lebih dari 20 anak, dan guru di sekolah hanyalah menghitung waktu. sedangkan anak itu seharusnya lebih sering dgn orang tua.
    Yg paling dihawatirkan 15 atau 20 thn k depan, orang tua sudah tdk dihargai lagi. Kenapa? Karena hari ini ketika anak membutuhkan bantuan orang tua, sementara org tua sibuk dgn gadjet-nya...
    Jadilah orang tua yg bijak untuk anak2nya!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin y Allah. Nah itu dia, sekarang aja sulitnya begini. Tahun-tahun berikutnya bagaimana. Wallahu alam. Semoga jadi bahan koreksi diri sendiri. Apalagi aku yg belum berkeluarga. πŸ™πŸ˜…

      Hapus
    2. Terus berkarya krena Tuhan itu akan mengabulkan du'a org2 yg kontinu ..

      Hapus
  10. Terima kasih Teh Ahda, semoga bisa terus menginspirasi dan memberikan banyak manfaat terutama dalam dunia Parenting.

    BalasHapus
  11. MasyaAllah.. pendidikan seperti ini sangat bermanfaat baik bagi orang tua ataupun kalangan muda sebagai calon orang tua dimasa mendatang. Terima kasih atas ilmunya ya teh. Semangat menginspirasi ✊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar sangat teh hehe. Samasama teteh Fajar Mei. Semangat menginspirasi juga✊πŸ˜‹. Makasih udah berkunjung ya.

      Hapus
  12. Terimakasih ya, informasinya sangat bermanfaat sekali, apalagi di era saat ini. Jadi pembelajaran bagi Kita semua. Terus semangat berkarya ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samasama tehπŸ™ terima kasih sudah berkunjung

      Hapus
  13. Era teknologi seperti ini banyak sekali masalah dan bahaya yang mengintai. Menurutku yang penting bagaimana agar anak bisa terbuka kepada kita. Seberat apa pun masalah mereka, asalkan anak terbuka, kita bisa mensupportnya dan mengarahkannya ke arah yang lebih baik.
    Btw, salam kenal ya, Kreta Amura

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ilmu baru nih. Salam kenal juga kak Kreta AmuraπŸ˜‡

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Menghidupkan Mimpi Ke Negeri Sakura | Antologi Kisah Inspiratif Sukses Kuliah di Jepang

Bangga! Inilah 10 Makanan Tradisional Kota Bandung Ter-Unggul di Dunia versi tasteatlas.com